Hee, i just watched Slumdog Millionaire..
A bit too late, but this Oscar-winning movie was worth my time..
First things that caught my attention was the attractive way of the camera view, it was unsual, yet interesting..
From wide angle that projected the overview of slum area on Mumbai, to the over-zoomed view of the police.. Nice..
Next was the fast-paced switch of time&space dimension..
One minute it was on the present, then the next frame told us about the past.
Interesting..
For the actors : The young Jamal was really cute, the mature one was charming. The other characters were well played..
The scoring was also unique, it fit well to the movie.
The mix of holly & bollywood music was suprisingly catchy. :-D
The movie was fascinating as Jamal went on to explain how he could answer each of the questions on the Who Wants To Be A Millionaire Show.
But it's not the movie for those of you who like nice bubbly pictures.
This is really a movie about a slumdog and his tough life.
It's the movie that tell you that how life can teach you more than school does, often in the hardest way that possible.
The movie still got a little suspence near the end.
It still left the audience a room to think what's gonna happen next..
The one thing that made me giggle the most was the indian dance at the end of the movie..
Ahahaha..
It's still an indian movie after all..
No matter what the movie's about, just dance..:-D
To summarize it up, it's a great unique movie.
It deserves the Oscars..
Wednesday, March 18, 2009
Monday, March 16, 2009
I Just Realize This..
I just realized this..
Hmm..
I've had couple times being hurted & broken hearted..
I've got much example in my lifehood..
So, to be in that situation, i guess i can say, i'll managed to survive..
But i think i don't have much experience in having long-term relationship,
to love and be loved,
to give and not wanting something back,
to accept and respect each other perfectly..
I've only seen that on movies,
yeah, there's one-two relative of mine that had the fairy tale life,
but i'm not really close to them, unfortunately..
I'm really looking forward to learn how to do all that correctly..
Anyway, I was wondering,
when will i had those kind of experience?
Is my time coming soon?
Is it my turn now?
Oh Dear God,
i sure hope so..
Then i'll be the good example to those around me..
Amin..
-ohWishfulThinking..
Hmm..
I've had couple times being hurted & broken hearted..
I've got much example in my lifehood..
So, to be in that situation, i guess i can say, i'll managed to survive..
But i think i don't have much experience in having long-term relationship,
to love and be loved,
to give and not wanting something back,
to accept and respect each other perfectly..
I've only seen that on movies,
yeah, there's one-two relative of mine that had the fairy tale life,
but i'm not really close to them, unfortunately..
I'm really looking forward to learn how to do all that correctly..
Anyway, I was wondering,
when will i had those kind of experience?
Is my time coming soon?
Is it my turn now?
Oh Dear God,
i sure hope so..
Then i'll be the good example to those around me..
Amin..
-ohWishfulThinking..
Sunday, March 15, 2009
Menyayangi dengan sempurna
"maaf"
entah berapa kali sudah terucap kata itu,
sayangnya seringkali terucap olehku.
Ego besarku membuatku seperti anak kecil di dekatmu,
ku seperti seorang murid yang menyayangi gurunya,
seperti pasien yang mengasihi dokternya,
seperti atlet yang mengagumi pelatihnya.
Maaf, ku sepertinya selalu menyakiti,
bahkan ketika kupikir ku disakiti,
ternyata ku menyakiti.
Tiap alasan yang kubuat sebagai dasar perbuatanku,
hanya membuatku seperti egois yang bodoh.
Tak ada alasan.
Ku memang egois yang bodoh.
Yang kerap kali menyakitimu.
Maaf.
Tapi hati besarmu memukau ku,
seperti lumpur hisap yang menelan semuanya,
lalu selalu siap menelan lagi,
ya, kau memukauku.
Mungkin saatnya kini kutanggalkan semua pertahananku,
kuyakinkan diri bahwa kau tak mungkin menyakiti.
Semoga belum terlambat.
Bersiaplah, ku akan mencoba menyayangimu dengan sempurna.
Oh ya,
tahukah kamu,
kemuliaanmu membuat ku berpikir;
Berapa ku berhutang pada Tuhan karena membawaku padamu?
Apa yang telah kulakukan hingga aku bertemu denganmu?
Apa yang harus kulakukan agar selalu denganmu?
Sungguh ku teramat bersyukur memilikimu.
Terima kasih Tuhan,
Terima kasih ya, kamu.
:)
entah berapa kali sudah terucap kata itu,
sayangnya seringkali terucap olehku.
Ego besarku membuatku seperti anak kecil di dekatmu,
ku seperti seorang murid yang menyayangi gurunya,
seperti pasien yang mengasihi dokternya,
seperti atlet yang mengagumi pelatihnya.
Maaf, ku sepertinya selalu menyakiti,
bahkan ketika kupikir ku disakiti,
ternyata ku menyakiti.
Tiap alasan yang kubuat sebagai dasar perbuatanku,
hanya membuatku seperti egois yang bodoh.
Tak ada alasan.
Ku memang egois yang bodoh.
Yang kerap kali menyakitimu.
Maaf.
Tapi hati besarmu memukau ku,
seperti lumpur hisap yang menelan semuanya,
lalu selalu siap menelan lagi,
ya, kau memukauku.
Mungkin saatnya kini kutanggalkan semua pertahananku,
kuyakinkan diri bahwa kau tak mungkin menyakiti.
Semoga belum terlambat.
Bersiaplah, ku akan mencoba menyayangimu dengan sempurna.
Oh ya,
tahukah kamu,
kemuliaanmu membuat ku berpikir;
Berapa ku berhutang pada Tuhan karena membawaku padamu?
Apa yang telah kulakukan hingga aku bertemu denganmu?
Apa yang harus kulakukan agar selalu denganmu?
Sungguh ku teramat bersyukur memilikimu.
Terima kasih Tuhan,
Terima kasih ya, kamu.
:)
Friday, March 13, 2009
(bukan) Narsis
eh2 masa2,
tadi gw ngliat cermin,
lalu berpikiran;
"eh, gw tuh cantik ya.."
he..
Bukan narsis, tp membangun kpercayaan diri boleh toh..
Lagian, kalo diri kita sendiri ga menganggap kita cantik,
bagaimana bisa orang lain menganggap kita cantik..
Btul tidak? ;)
-youAREbeautiful, likeIdo
tadi gw ngliat cermin,
lalu berpikiran;
"eh, gw tuh cantik ya.."
he..
Bukan narsis, tp membangun kpercayaan diri boleh toh..
Lagian, kalo diri kita sendiri ga menganggap kita cantik,
bagaimana bisa orang lain menganggap kita cantik..
Btul tidak? ;)
-youAREbeautiful, likeIdo
Serakah
Dari email.. :
Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".
Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.
Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.
Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.
Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.
Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA"
Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.
Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"
Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik"
"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri "
Suatu ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan Tuhannya dan berkata, "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat seperti apakah Neraka dan Surga itu".
Kemudian Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah pintu dan kemudian membiarkannya melihat ke dalam.
Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang sangat besar, dan di tengahnya terdapat semangkok sup yang beraroma sangat lezat yang membuat manusia tersebut mengalir air liurnya. Meja tersebut dikelilingi orang-orang yang kurus yang tampak sangat kelaparan.
Orang-orang itu masing-masing memegang sebuah sendok yang terikat pada tangan masing-masing. Sendok tersebut cukup panjang untuk mencapai mangkok di tengah meja dan mengambil sup yang lezat tadi.
Tapi karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak dapat mencapai mulutnya dengan sendok tadi untuk memakan sup yang terambil.
Si Manusia tadi merinding melihat penderitaan dan kesengsaraan yang dilihatnya dalam ruangan itu.
Tuhan berkata, "Kamu sudah melihat NERAKA"
Lalu mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata berisi meja beserta sup dan orang-orang yang kondisinya persis sama dengan ruangan di pintu pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini orang-orang tersebut berbadan sehat dan berisi dan mereka sangat bergembira di keliling meja tersebut.
Melihat keadaan ini si Manusia menjadi bingung dan berkata "Apa yang terjadi ? kenapa di ruangan yang kondisinya sama ini mereka terlihat lebih bergembira ?"
Tuhan kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang dibutuhkan hanyalah satu sifat baik"
"Perhatikan bahwa orang-orang ini dengan ikhlas menyuapi orang lain yang dapat dicapainya dengan sendok bergagang panjang, sedangkan di ruangan lain orang-orang yang serakah hanyalah memikirkan kebutuhan dirinya sendiri "