If it's meant to be, it's meant to be.
If it's not meant to be, it's not meant to be.
Showing posts with label teori gila. Show all posts
Showing posts with label teori gila. Show all posts
Sunday, December 07, 2008
Monday, June 16, 2008
I realized
160608 - 11:08 AM
Disela-sela kuliah Desain dan Analisis Algoritma (DAA) yang sayangnya gw jalani dengan terngantuk-ngantuk krn kmaren tidurnya kemaleman, (eh ato kepagian ya, hoho..) gw menyadari bahwa semua orang itu ingin dianggap spesial..
(lha. gada hubungannya sama DAA, hakakak,, ga konsen berat gw..)
Iya, gw baru sadar, orang2 dengan keunikannya masing2 ternyata ingin dianggap spesial, berbeda dengan yang lainnya..
Dan sepertinya gw selama ini melupakan itu, ha..
gw baru sadar, betapa ga enak rasanya kalo ngerasa ga spesial,
ga ada bedanya lo sama yang lain,
kalo lo ga ada, ya udah gapapa, toh sama yang lain juga sama aja..
huah.
ga enak lo jadi seseorang yang replaceable.
Jadi ga ada bedanya sama barang.
Salah satu yang ngebedain manusia sama robot kan,
bahwa manusia bisa memberi efek yang berbeda-beda untuk hidup tiap-tiap orang disekitarnya.
dan selama ini kayaknya gw kurang menunjukkan sm orang2 sekitar gw,
betapa spesial mereka buat gw,
betapa keberadaan mereka membawa perubahan
dan seperti kata2 klise di undangan2 zaman dulu,
"sungguh tiada kesan tanpa kehadiranmu", hee..
yeah, gw tadinya secara tidak sadar berpikiran kalau
..menunjukkan ketertarikan dan perhatian kita kepada orang lain
itu sama seperti menunjukkan kelemahan gw.
..menunjukkan betapa berartinya mereka untuk gw
itu seperti menunjukkan kalau gw ga bisa apa-apa tanpa mereka.
..menunjukkan kalau hari-hari gw akan berbeda kalau tidak ada mereka,
itu sama seperti menunjukkan kalau gw tergantung kepada mereka.
ey, ternyata ga gitu juga.
ternyata dengan gw menahan semua perasaan gw di dalem,
ga bikin gw lebih kuat,
ga bikin gw lebih nyaman dengan diri gw, nope,
kalaupun ada rasa2 lebih nyaman, itu cuman semu, ga tahan lama
gw justru lebih nyaman sekarang, dengan konsep pemikiran baru ini,
gw jadi lebih lega, bebas, tanpa beban.
kalo emang mereka berarti buat gw, ya ga usah ditutup2in.
Emang kenapa sih kalau mereka tau? Kalau orangnya baik si mereka akan welcome,
kalau orangnya ga baik, ya bukan masalah lo,
it's their problem, it's not your fault, he.
dan kalaupun itu akan menunjukkan kelemahan gw, ya gapapalah orang2 tau,
kan ga ada orang yang sempurna, so untuk apa menutup-nutupi kekurangan?
Nobody's perfect, everybody knows that.
So what's the point in pretending to be one?
malah jadi busuk sendiri di dalem,
mendingan dibiarin aja,
biar orang-orang sekitar kita jadi tau dan mengerti kita apa adanya..
Toh kita jujur, ga menutup-nutupi sesuatu, ga ada yang salah dengan itu kan?
Anyway, back to the whole special thing,
i really think it's important to let people around you
know how much they matter to you,
and i mean, each and every person in your life.
Lo juga kan pasti seneng kalau tau
keberadaan lo membawa perubahan di hidup seseorang,
kalau lo tuh spesial, beda dari yang lain,
lo punya arti tersendiri untuk seseorang.
seneng kan kalo tau itu?
Each person must have different effect in your world,
they give different color, with each own RGB combination. he.
Do not take them for granted,
or your world will be colorless, not even black and white.
Let people know what they actually do to your life.
Let them know that they matter to you.
And as the famous quotation said "You don't know what you got until it's gone"
Yaiks, we don't need another living proof
of how right that quote is, so don't be one.
Tell your family, friends, and people around you,
how much each and everyone of them means to you,
how they change your days, how they make you smile,
how the day will be so boring without them,
how you miss them when they're not around..
And throw those BIG ego to the dumpster.
you really don't need another burden in your life,
trust me, it'll make your day so much easier
but, yeah, i know, it's easier said than done..
All i can say is,
there's really no excuse to not doing the right thing,
hey, they don't call it the "right" thing for nothing. ha.
Ngomong2 kok jadi nulisnya bilingual gini, haha, semoga yang baca ga bingung :P
-pelajaran dari kuliah DAA adalah, semua orang itu spesial, hehe-
Disela-sela kuliah Desain dan Analisis Algoritma (DAA) yang sayangnya gw jalani dengan terngantuk-ngantuk krn kmaren tidurnya kemaleman, (eh ato kepagian ya, hoho..) gw menyadari bahwa semua orang itu ingin dianggap spesial..
(lha. gada hubungannya sama DAA, hakakak,, ga konsen berat gw..)
Iya, gw baru sadar, orang2 dengan keunikannya masing2 ternyata ingin dianggap spesial, berbeda dengan yang lainnya..
Dan sepertinya gw selama ini melupakan itu, ha..
gw baru sadar, betapa ga enak rasanya kalo ngerasa ga spesial,
ga ada bedanya lo sama yang lain,
kalo lo ga ada, ya udah gapapa, toh sama yang lain juga sama aja..
huah.
ga enak lo jadi seseorang yang replaceable.
Jadi ga ada bedanya sama barang.
Salah satu yang ngebedain manusia sama robot kan,
bahwa manusia bisa memberi efek yang berbeda-beda untuk hidup tiap-tiap orang disekitarnya.
dan selama ini kayaknya gw kurang menunjukkan sm orang2 sekitar gw,
betapa spesial mereka buat gw,
betapa keberadaan mereka membawa perubahan
dan seperti kata2 klise di undangan2 zaman dulu,
"sungguh tiada kesan tanpa kehadiranmu", hee..
yeah, gw tadinya secara tidak sadar berpikiran kalau
..menunjukkan ketertarikan dan perhatian kita kepada orang lain
itu sama seperti menunjukkan kelemahan gw.
..menunjukkan betapa berartinya mereka untuk gw
itu seperti menunjukkan kalau gw ga bisa apa-apa tanpa mereka.
..menunjukkan kalau hari-hari gw akan berbeda kalau tidak ada mereka,
itu sama seperti menunjukkan kalau gw tergantung kepada mereka.
ey, ternyata ga gitu juga.
ternyata dengan gw menahan semua perasaan gw di dalem,
ga bikin gw lebih kuat,
ga bikin gw lebih nyaman dengan diri gw, nope,
kalaupun ada rasa2 lebih nyaman, itu cuman semu, ga tahan lama
gw justru lebih nyaman sekarang, dengan konsep pemikiran baru ini,
gw jadi lebih lega, bebas, tanpa beban.
kalo emang mereka berarti buat gw, ya ga usah ditutup2in.
Emang kenapa sih kalau mereka tau? Kalau orangnya baik si mereka akan welcome,
kalau orangnya ga baik, ya bukan masalah lo,
it's their problem, it's not your fault, he.
dan kalaupun itu akan menunjukkan kelemahan gw, ya gapapalah orang2 tau,
kan ga ada orang yang sempurna, so untuk apa menutup-nutupi kekurangan?
Nobody's perfect, everybody knows that.
So what's the point in pretending to be one?
malah jadi busuk sendiri di dalem,
mendingan dibiarin aja,
biar orang-orang sekitar kita jadi tau dan mengerti kita apa adanya..
Toh kita jujur, ga menutup-nutupi sesuatu, ga ada yang salah dengan itu kan?
Anyway, back to the whole special thing,
i really think it's important to let people around you
know how much they matter to you,
and i mean, each and every person in your life.
Lo juga kan pasti seneng kalau tau
keberadaan lo membawa perubahan di hidup seseorang,
kalau lo tuh spesial, beda dari yang lain,
lo punya arti tersendiri untuk seseorang.
seneng kan kalo tau itu?
Each person must have different effect in your world,
they give different color, with each own RGB combination. he.
Do not take them for granted,
or your world will be colorless, not even black and white.
Let people know what they actually do to your life.
Let them know that they matter to you.
And as the famous quotation said "You don't know what you got until it's gone"
Yaiks, we don't need another living proof
of how right that quote is, so don't be one.
Tell your family, friends, and people around you,
how much each and everyone of them means to you,
how they change your days, how they make you smile,
how the day will be so boring without them,
how you miss them when they're not around..
And throw those BIG ego to the dumpster.
you really don't need another burden in your life,
trust me, it'll make your day so much easier
but, yeah, i know, it's easier said than done..
All i can say is,
there's really no excuse to not doing the right thing,
hey, they don't call it the "right" thing for nothing. ha.
Ngomong2 kok jadi nulisnya bilingual gini, haha, semoga yang baca ga bingung :P
-pelajaran dari kuliah DAA adalah, semua orang itu spesial, hehe-
Saturday, February 23, 2008
Pilihan Konyol
Jika suatu saat kau dihadapkan pada sebuah pilihan,
sebuah pertanyaan mendasar yang sebetulnya sangat sederhana,
"Pilih Tuhanmu atau pasanganmu?"
kuharap kau menggunakan akal sehatmu
dan tidak membuat sebuah pilihan yang konyol..
Akan kubeberkan beberapa alasannya,
mumpung aku tidak sedang dalam keaadan dilema seperti diatas,
mumpung aku sedang bekerja menggunakan logika,
sekalian memberi sedikit perenungan bagi kau yang sedang mengalami dilema,
dan sebagai pengingat jika aku suatu saat nanti mengalami dilema..
Ada berjuta-juta orang di dunia, tapi hanya ada satu Tuhan.
beribu-ribu perempuan/laki-laki potensial, dan tetap hanya ada satu Tuhan.
Jika kau kehilangan pasanganmu, tapi kau dekat dengan Tuhanmu,
Tuhan bisa dengan mudah menyediakan kembali seseorang untukmu.
Tapi jika kau kehilangan kedekatanmu dengan Tuhan,
bisakah seseorang mencarikanmu Tuhan baru?
Jika kau kehilangan pasanganmu,
kemungkinan kau akan menyesal,
bersedih dan sengsara selama.. 1 minggu? 1 tahun?
atau kemungkinan terburuk, seumur hidupmu.
Jika kau kehilangan Tuhanmu,
kau akan sengsara seumur hidupmu di dunia... dan akhirat...
dan hanya Dia yang tahu berapa lama siksaan terhadapmu akan berlangsung,
dan hanya Dia yang mampu menolongmu,
pertanyaannya adalah..
maukah Dia menolongmu?
sudikah Dia peduli terhadap seorang hamba yang tidak dekat denganNya
dan tidak tahu berterimakasih?
sudikah kamu menolong seseorang yang tidak dekat denganmu
dan tidak tahu berterimakasih?
Ketahuilah, Tuhan tidak perlu ibadah kita,
Tuhan tidak perlu semua amal kita,
kitalah yang perlu Tuhan,
kita seperti makhluk kecil yang terdampar di sebuah lahan besar dan luas,
dan Tuhan sangat berbaik hati untuk terus memperhatikan kita,
Ia bahkan memberi kita sebuah pegangan, semacam "guide book"
tentang bagaimana menjalani hidup yang baik,
hidup yang dijamin akan selamat.
Kalau si makhluk kecil itu menolak mengikuti petunjuk2 itu,
apakah Tuhan yang rugi?
apakah Ia yang akan uring-uringan dan stress ?
Tidak.
Tuhan tidak perlu kita,
jika Ia mau, Ia bisa saja mengganti kita dengan makhluk yang lebih patuh.
hal itu sangat mudah bagiNya.
Lalu?
apakah pasanganmu bisa menandingi Tuhan?
apakah pasanganmu bisa menyediakan petunjuk untuk hidupmu?
apakah pasanganmu bisa menjamin hidupmu akan bahagia?
apakah pasanganmu bisa menyediakan rezeki bagimu selama 1 hari saja?
apakah pasanganmu bisa menjamin dirimu masih akan hidup 1 detik setelah ini?
apakah pasanganmu bisa menjamin dirinya masih akan hidup 1 detik setelah ini?
apakah pasanganmu bisa menandingi Tuhan?
bukankah ia hanya sebuah makhluk kecil juga?
Lantas?
apa lagi yang perlu kau pikirkan?
Pilihlah pasanganmu berdasarkan petunjuk Tuhan,
jangan memilih Tuhan berdasarkan pasanganmu,
atau siapapun itu.
Jadi,
Jika suatu saat kau dihadapkan pada sebuah pilihan,
sebuah pertanyaan mendasar yang sebetulnya sangat sederhana,
"Pilih Tuhanmu atau pasanganmu?"
kuharap kau menggunakan akal sehatmu
dan tidak membuat sebuah pilihan yang konyol..
-Renungan-
sebuah pertanyaan mendasar yang sebetulnya sangat sederhana,
"Pilih Tuhanmu atau pasanganmu?"
kuharap kau menggunakan akal sehatmu
dan tidak membuat sebuah pilihan yang konyol..
Akan kubeberkan beberapa alasannya,
mumpung aku tidak sedang dalam keaadan dilema seperti diatas,
mumpung aku sedang bekerja menggunakan logika,
sekalian memberi sedikit perenungan bagi kau yang sedang mengalami dilema,
dan sebagai pengingat jika aku suatu saat nanti mengalami dilema..
Ada berjuta-juta orang di dunia, tapi hanya ada satu Tuhan.
beribu-ribu perempuan/laki-laki potensial, dan tetap hanya ada satu Tuhan.
Jika kau kehilangan pasanganmu, tapi kau dekat dengan Tuhanmu,
Tuhan bisa dengan mudah menyediakan kembali seseorang untukmu.
Tapi jika kau kehilangan kedekatanmu dengan Tuhan,
bisakah seseorang mencarikanmu Tuhan baru?
Jika kau kehilangan pasanganmu,
kemungkinan kau akan menyesal,
bersedih dan sengsara selama.. 1 minggu? 1 tahun?
atau kemungkinan terburuk, seumur hidupmu.
Jika kau kehilangan Tuhanmu,
kau akan sengsara seumur hidupmu di dunia... dan akhirat...
dan hanya Dia yang tahu berapa lama siksaan terhadapmu akan berlangsung,
dan hanya Dia yang mampu menolongmu,
pertanyaannya adalah..
maukah Dia menolongmu?
sudikah Dia peduli terhadap seorang hamba yang tidak dekat denganNya
dan tidak tahu berterimakasih?
sudikah kamu menolong seseorang yang tidak dekat denganmu
dan tidak tahu berterimakasih?
Ketahuilah, Tuhan tidak perlu ibadah kita,
Tuhan tidak perlu semua amal kita,
kitalah yang perlu Tuhan,
kita seperti makhluk kecil yang terdampar di sebuah lahan besar dan luas,
dan Tuhan sangat berbaik hati untuk terus memperhatikan kita,
Ia bahkan memberi kita sebuah pegangan, semacam "guide book"
tentang bagaimana menjalani hidup yang baik,
hidup yang dijamin akan selamat.
Kalau si makhluk kecil itu menolak mengikuti petunjuk2 itu,
apakah Tuhan yang rugi?
apakah Ia yang akan uring-uringan dan stress ?
Tidak.
Tuhan tidak perlu kita,
jika Ia mau, Ia bisa saja mengganti kita dengan makhluk yang lebih patuh.
hal itu sangat mudah bagiNya.
Lalu?
apakah pasanganmu bisa menandingi Tuhan?
apakah pasanganmu bisa menyediakan petunjuk untuk hidupmu?
apakah pasanganmu bisa menjamin hidupmu akan bahagia?
apakah pasanganmu bisa menyediakan rezeki bagimu selama 1 hari saja?
apakah pasanganmu bisa menjamin dirimu masih akan hidup 1 detik setelah ini?
apakah pasanganmu bisa menjamin dirinya masih akan hidup 1 detik setelah ini?
apakah pasanganmu bisa menandingi Tuhan?
bukankah ia hanya sebuah makhluk kecil juga?
Lantas?
apa lagi yang perlu kau pikirkan?
Pilihlah pasanganmu berdasarkan petunjuk Tuhan,
jangan memilih Tuhan berdasarkan pasanganmu,
atau siapapun itu.
Jadi,
Jika suatu saat kau dihadapkan pada sebuah pilihan,
sebuah pertanyaan mendasar yang sebetulnya sangat sederhana,
"Pilih Tuhanmu atau pasanganmu?"
kuharap kau menggunakan akal sehatmu
dan tidak membuat sebuah pilihan yang konyol..
-Renungan-
Sunday, November 18, 2007
rumus2 kehidupan
setelah membaca sebuah artikel (yang kalau tidak salah ditulis oleh Jalalludin Rahmat *maaf kalau salah) di majalah Noor edisi terbaru (yang gambar depannya Irvan Hakim & istri), saya mendapatkan sebuah rumus yang saya kira dapat berguna untuk hidup kita,
gak susah2 kok, rumus ini untuk ngingetin kita aja.
saya namakan rumus menghitung tingkat kepuasan dalam hidup kita:
Tingkat kepuasan = ((apa yang kita dapat) * kemampuan kita ) / keinginan kita
he, saya rombak sedikit dari rumus menghitung tingkat stress yang ada di artikel tersebut.
Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan dalam hidup kita tergantung pada 3 variable yang dapat dibagi menjadi 2 variable bebas (kita yang menentukan) dan 1 variabel terikat (kita tidak bisa menentukan nilainya dengan pasti). Rumus yang aneh bukan? :)
seperti yang sudah dapat diduga, 2 variabel bebasnya adalah kemampuan dan keinginan kita. Mengapa disebut variabel bebas ? karena 2 hal itu kita bisa atur. Kita yang tahu seberapa besar kemampuan kita, dan kita pula yang menentukan keinginan2 kita.
Variable terikatnya adalah apa yang kita dapat. Variabel yang satu ini sebagian besar ditentukan oleh faktor diluar diri kita, seperti Tuhan (tentunya,,), kebijakan pemerintah, keadaan lingkungan, dan lain2..
Bagaimana agar kita dapat meningkatkan tingkat kepuasan kita? Yang dapat kita lakukan adalah merubah2 variable2 bebas yang ada dalam rumus diatas. Tingkat kepuasan berbanding lurus dengan kemampuan dan berbanding terbalik dengan keinginan. Jadi, jika ingin hidup puas, lega, bahagia, tingkatkanlah kemampuan kita, dan jika tidak bisa, kurangi keinginan kita. Usahakan agar seimbang, agar hidup kita juga seimbang. Jika Anda ingin bereksperimen dengan tingkat kepuasan Anda, silahkan mencoba2 berbagai perbandingan nilai yang dapat terjadi diantara 2 variable ini, keep me informed with the result ya.. :D
Oya, sebagai sedikit tambahan tingkat kepuasan ini berbanding terbalik dengan tingkat stress. Jika Anda penganut teori "the glass is half empty";
Anda dapat menggunakan rumus ini :
Tingkat stress = keinginan / ((yang didapat) * kemampuan)
cara memanipulasi rumus kurang lebih sama dengan penjelasan diatas, hanya variable dan hasilnya berkebalikan.
Kebanyakan orang memiliki tingkat stress yang tinggi melihat tingkat kepuasan orang lain yang tinggi. Ini harus dihindari. Rumus ini sama sekali tidak untuk menurunkan tingkat kepuasan orang lain. Ini tentang diri sendiri. jadi salah satu cara untuk menghindari stress adalah dengan memperbesar tingkat kepuasan Anda. Dengan begitu, Anda otomatis mengurangi tingkat stress Anda. Karena Anda ingat? tingkat kepuasan berbanding terbalik dengan tingkat stress.
Jadi itulah rumus2 kehidupan yang menurut saya cukup akurat. Jika ada kekurangan mohon diberitahu, agar tulisan ini tidak jadi menyesatkan. Ada komplain, saran, usul? Silahkan hubungi saya dialamat dibawah ini..........
...... (di bagian comment maksudnya, he..)
-Haaah,FinnalyFree!(ForAWhile)-
gak susah2 kok, rumus ini untuk ngingetin kita aja.
saya namakan rumus menghitung tingkat kepuasan dalam hidup kita:
Tingkat kepuasan = ((apa yang kita dapat) * kemampuan kita ) / keinginan kita
he, saya rombak sedikit dari rumus menghitung tingkat stress yang ada di artikel tersebut.
Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepuasan dalam hidup kita tergantung pada 3 variable yang dapat dibagi menjadi 2 variable bebas (kita yang menentukan) dan 1 variabel terikat (kita tidak bisa menentukan nilainya dengan pasti). Rumus yang aneh bukan? :)
seperti yang sudah dapat diduga, 2 variabel bebasnya adalah kemampuan dan keinginan kita. Mengapa disebut variabel bebas ? karena 2 hal itu kita bisa atur. Kita yang tahu seberapa besar kemampuan kita, dan kita pula yang menentukan keinginan2 kita.
Variable terikatnya adalah apa yang kita dapat. Variabel yang satu ini sebagian besar ditentukan oleh faktor diluar diri kita, seperti Tuhan (tentunya,,), kebijakan pemerintah, keadaan lingkungan, dan lain2..
Bagaimana agar kita dapat meningkatkan tingkat kepuasan kita? Yang dapat kita lakukan adalah merubah2 variable2 bebas yang ada dalam rumus diatas. Tingkat kepuasan berbanding lurus dengan kemampuan dan berbanding terbalik dengan keinginan. Jadi, jika ingin hidup puas, lega, bahagia, tingkatkanlah kemampuan kita, dan jika tidak bisa, kurangi keinginan kita. Usahakan agar seimbang, agar hidup kita juga seimbang. Jika Anda ingin bereksperimen dengan tingkat kepuasan Anda, silahkan mencoba2 berbagai perbandingan nilai yang dapat terjadi diantara 2 variable ini, keep me informed with the result ya.. :D
Oya, sebagai sedikit tambahan tingkat kepuasan ini berbanding terbalik dengan tingkat stress. Jika Anda penganut teori "the glass is half empty";
Anda dapat menggunakan rumus ini :
Tingkat stress = keinginan / ((yang didapat) * kemampuan)
cara memanipulasi rumus kurang lebih sama dengan penjelasan diatas, hanya variable dan hasilnya berkebalikan.
Kebanyakan orang memiliki tingkat stress yang tinggi melihat tingkat kepuasan orang lain yang tinggi. Ini harus dihindari. Rumus ini sama sekali tidak untuk menurunkan tingkat kepuasan orang lain. Ini tentang diri sendiri. jadi salah satu cara untuk menghindari stress adalah dengan memperbesar tingkat kepuasan Anda. Dengan begitu, Anda otomatis mengurangi tingkat stress Anda. Karena Anda ingat? tingkat kepuasan berbanding terbalik dengan tingkat stress.
Jadi itulah rumus2 kehidupan yang menurut saya cukup akurat. Jika ada kekurangan mohon diberitahu, agar tulisan ini tidak jadi menyesatkan. Ada komplain, saran, usul? Silahkan hubungi saya dialamat dibawah ini..........
...... (di bagian comment maksudnya, he..)
-Haaah,FinnalyFree!(ForAWhile)-
Sunday, July 29, 2007
Battle of God
Sebelumnya gw minta kebesaran hati orang2 yang mau baca post ini, krn mungkin akan ada yang tersinggung. Gw mohon maaf dulu nih, gw ga maksud untuk menyudutkan suatu pihak, cuma pengen ngungkapin isi otak aja. Gw tadinya mikir2, apakah tulisan ini layak untuk di post ke blog, krn takut ada yang tersinggung, tapi yah, gw coba menulis dengan sehalus mungkin,dan gw pengen tau pendapat orang lain ttg hal ini. Mudah2an ga ada yang tersinggung. (wah, gw pake kata “tersinggung” banyak juga ya)
Peace yo.. (n_n)v
Belakangan ini kan lagi marak2nya persaingan dalam skala besar. Ada pemilihan kepala daerah Ibukota tercinta, dan ada pemilihan idola baru dunia musik. Dua-duanya, diakui atau tidak, menurut saya, adalah persaingan yang berpengaruh besar kpd kehidupan masyarakat sekitarnya. Setidaknya pastilah topik itu muncul dalam pembicaraan dengan rekan sejawat. (halah, bahasanya oke bgt), dan tiap orang pasti punya pilihannya masing2. Dan sampai sini, semua masih oke2 saja.
Tapi saat semuanya melebar, saat tiap kandidat mulai melancarkan jurus2nya, saat tiap unsur kehidupan dikaitkan dengan persaingan, keadaan jadi sedikit memburam. Tersebutlah Tuhan yang dipercayai masing-masing, yang dikatakan sebagai pendukung tiap kandidat. Hmm.. Sebagai warga sebuah negara yang berlandaskan Ketuhanan, keadaan ini dapat diartikan sesuatu yang baik. Keadaan ini dapat diartikan bahwa tiap kandidat dekat dengan Tuhannya. Tapi dapat juga diartikan seusuatu yang kurang baik, kedekatannya dengan Tuhan itu bisa saja dibuat-buat hanya untuk menarik simpati pendukungnya.
Itulah yang menurut saya agak kurang layak jika dikait-kaitkan dengan persaingan antar manusia. Hidup di negara yang berslogan "Bhineka Tunggal Ika", yang dikatakan memiliki berbagai macam suku bangsa (dan tentunya agama) yang beragam, tapi harus tetap bisa bersatu, tentu masyarakatnya diharapkan memiliki rasa toleransi yang tinggi. Menurut saya, segala sesuatu yang berpotensi memicu konflik, harus dihindari. Dan, lagi-lagi menurut saya, membawa unsur Tuhan di dalam sebuah persaingan, tampaknya agak kurang pantas.
Misalnya, dua orang yang bersaing memiliki kepercayaan yang berbeda. Saat seorang kandidat berkata "Saya menang atau kalah, itu adalah keputusan terbaik Tuhan saya", Lalu kandidat yang lain juga berkata "Apapun keputusannya, adalah keputusan terbaik dari Tuhan saya".. Nah lo, bingung kan.. Dalam pikiran saya, ini seperti menjadi persaingan antar Tuhan. Tuhan yang dipercayai kandidat A, dengan Tuhan yang dipercayai kandidat B. Keputusan Tuhan yang mana yang tebaik? Dalam pikiran saya, setiap kandidat pasti ingin menang, dan apakah berarti Tuhan yang dipercayai si kandidat yang menang itu yang paling benar? Hmm.. Kalau dipikirkan bisa memicu konflik beragama lho.. Bahaya.. :D
Kecenderungan masyarakat Indonesia adalah, kebanyakan memilih tidak berdasarkan kualitas kandidat yang relevan dengan tema kompetisinya saja, tapi memilih karena alasan2 yang kadang tidak ada hubungannya dengan kompetisinya. Bisa saya contohkan, seorang teman memilih kontestan pilihannya dalam sebuah kompetisi menyanyi, karena kontestan itu agamanya sama dengan dia. Hmm... Gimana ya? Yah ga salah juga sih, tapi kan menurut saya, itu kurang relevan dengan kompetisinya. Kompetisi menyanyi, seharusnya pemenangnya adalah seorang yang memiliki kualitas lebih dalam hal menyanyi. Jadi menurut saya, yang seharusnya menjadi prioritas pertimbangan memilih seorang pemenang, adalah, ya kemampuan orang itu dalam menyanyi. Jika kebetulan memiliki agama yang sama, yah tidak ada yang salah dengan itu. Jika ia berbeda agamanya juga toh tidak apa-apa kan? Kompetisi menyanyi, juaranya adalah orang yang jago nyanyi. Klop kan.
Mmm.. memang jika seseorang itu benar dekat dengan Tuhan, pasti unsur itu selalu melekat dalam kehidupannya, tidak dapat dipisahkan. Tapi itu juga yang membuat saya merasa, tidak perlu ucapan lisan "Saya dekat dengan Tuhan" diobral ke publik. Jika seseorang benar dekat dengan Tuhannya, pasti akan terlihat dalam kehidupannya, perilakunya, kata-katanya, dan segala tingkah lakunya. Karena menurut saya, Tuhan telah mengatur sedemikian rupa sehingga akan terlihat kedekatan seseorang dengan-Nya, tanpa harus berkata-kata. Tuhan pasti punya rencana yang terbaik.
Menurut saya, hubungan seorang makhluk dengan Tuhannya, adalah hubungan yang pribadi dan sakral. Dalam arti, yah,, yang tau keadaan sebenarnya hanya Tuhan dan diri orang itu sendiri. Karena itu saya tidak merasa ada perlunya mengumbar2 hubungan itu dengan orang lain, apalagi khalayak ramai. Yah, kalau ada orang yang melakukannya, (mengumbar2kan perihal hubungannya dengan Tuhan), yah silahkan saja. Tapi toh, orang lain tidak pernah tau apakah yang dikatakan orang tsb benar atau tidak. Orang itu bisa saja berbohong, yah itu urusan orang itu dengan Tuhan. Tapi, jika dengan kebohongannya itu menyesatkan orang lain, kan jadi dosa (lagi2 urusan orang itu dengan Tuhan) dan kemungkinan akan merusak kehidupan orang lain. Nah, yang terakhir ini kan urusannya panjang.
Intinya, saya merasa agak kurang pantas saja, jika seorang yang sedang dalam sorotan banyak mata, yang memerlukan dukungan dari banyak pihak, menggunakan unsur kedekatannya dengan Tuhan (yang dapat sekali dicurigai) sebagai jurus memperoleh simpati. Jika memang dekat dengan Tuhan, pasti kelihatan kok, jika masyarakat tidak melihatnya, well, mungkin itu salah satu keputusan Tuhan juga, yang punya jalan lain untuk Anda.. Lagipula, tujuan sebenarnya Anda dekat dengan Tuhan tidak untuk mencari simpati kan? Tuhan pasti punya rencana yang terbaik. Bener ga?
-fyuh,,-
PS : Minta pendapatnya dong, tulis di comment ya.. Thanks before..
Peace yo.. (n_n)v
Belakangan ini kan lagi marak2nya persaingan dalam skala besar. Ada pemilihan kepala daerah Ibukota tercinta, dan ada pemilihan idola baru dunia musik. Dua-duanya, diakui atau tidak, menurut saya, adalah persaingan yang berpengaruh besar kpd kehidupan masyarakat sekitarnya. Setidaknya pastilah topik itu muncul dalam pembicaraan dengan rekan sejawat. (halah, bahasanya oke bgt), dan tiap orang pasti punya pilihannya masing2. Dan sampai sini, semua masih oke2 saja.
Tapi saat semuanya melebar, saat tiap kandidat mulai melancarkan jurus2nya, saat tiap unsur kehidupan dikaitkan dengan persaingan, keadaan jadi sedikit memburam. Tersebutlah Tuhan yang dipercayai masing-masing, yang dikatakan sebagai pendukung tiap kandidat. Hmm.. Sebagai warga sebuah negara yang berlandaskan Ketuhanan, keadaan ini dapat diartikan sesuatu yang baik. Keadaan ini dapat diartikan bahwa tiap kandidat dekat dengan Tuhannya. Tapi dapat juga diartikan seusuatu yang kurang baik, kedekatannya dengan Tuhan itu bisa saja dibuat-buat hanya untuk menarik simpati pendukungnya.
Itulah yang menurut saya agak kurang layak jika dikait-kaitkan dengan persaingan antar manusia. Hidup di negara yang berslogan "Bhineka Tunggal Ika", yang dikatakan memiliki berbagai macam suku bangsa (dan tentunya agama) yang beragam, tapi harus tetap bisa bersatu, tentu masyarakatnya diharapkan memiliki rasa toleransi yang tinggi. Menurut saya, segala sesuatu yang berpotensi memicu konflik, harus dihindari. Dan, lagi-lagi menurut saya, membawa unsur Tuhan di dalam sebuah persaingan, tampaknya agak kurang pantas.
Misalnya, dua orang yang bersaing memiliki kepercayaan yang berbeda. Saat seorang kandidat berkata "Saya menang atau kalah, itu adalah keputusan terbaik Tuhan saya", Lalu kandidat yang lain juga berkata "Apapun keputusannya, adalah keputusan terbaik dari Tuhan saya".. Nah lo, bingung kan.. Dalam pikiran saya, ini seperti menjadi persaingan antar Tuhan. Tuhan yang dipercayai kandidat A, dengan Tuhan yang dipercayai kandidat B. Keputusan Tuhan yang mana yang tebaik? Dalam pikiran saya, setiap kandidat pasti ingin menang, dan apakah berarti Tuhan yang dipercayai si kandidat yang menang itu yang paling benar? Hmm.. Kalau dipikirkan bisa memicu konflik beragama lho.. Bahaya.. :D
Kecenderungan masyarakat Indonesia adalah, kebanyakan memilih tidak berdasarkan kualitas kandidat yang relevan dengan tema kompetisinya saja, tapi memilih karena alasan2 yang kadang tidak ada hubungannya dengan kompetisinya. Bisa saya contohkan, seorang teman memilih kontestan pilihannya dalam sebuah kompetisi menyanyi, karena kontestan itu agamanya sama dengan dia. Hmm... Gimana ya? Yah ga salah juga sih, tapi kan menurut saya, itu kurang relevan dengan kompetisinya. Kompetisi menyanyi, seharusnya pemenangnya adalah seorang yang memiliki kualitas lebih dalam hal menyanyi. Jadi menurut saya, yang seharusnya menjadi prioritas pertimbangan memilih seorang pemenang, adalah, ya kemampuan orang itu dalam menyanyi. Jika kebetulan memiliki agama yang sama, yah tidak ada yang salah dengan itu. Jika ia berbeda agamanya juga toh tidak apa-apa kan? Kompetisi menyanyi, juaranya adalah orang yang jago nyanyi. Klop kan.
Mmm.. memang jika seseorang itu benar dekat dengan Tuhan, pasti unsur itu selalu melekat dalam kehidupannya, tidak dapat dipisahkan. Tapi itu juga yang membuat saya merasa, tidak perlu ucapan lisan "Saya dekat dengan Tuhan" diobral ke publik. Jika seseorang benar dekat dengan Tuhannya, pasti akan terlihat dalam kehidupannya, perilakunya, kata-katanya, dan segala tingkah lakunya. Karena menurut saya, Tuhan telah mengatur sedemikian rupa sehingga akan terlihat kedekatan seseorang dengan-Nya, tanpa harus berkata-kata. Tuhan pasti punya rencana yang terbaik.
Menurut saya, hubungan seorang makhluk dengan Tuhannya, adalah hubungan yang pribadi dan sakral. Dalam arti, yah,, yang tau keadaan sebenarnya hanya Tuhan dan diri orang itu sendiri. Karena itu saya tidak merasa ada perlunya mengumbar2 hubungan itu dengan orang lain, apalagi khalayak ramai. Yah, kalau ada orang yang melakukannya, (mengumbar2kan perihal hubungannya dengan Tuhan), yah silahkan saja. Tapi toh, orang lain tidak pernah tau apakah yang dikatakan orang tsb benar atau tidak. Orang itu bisa saja berbohong, yah itu urusan orang itu dengan Tuhan. Tapi, jika dengan kebohongannya itu menyesatkan orang lain, kan jadi dosa (lagi2 urusan orang itu dengan Tuhan) dan kemungkinan akan merusak kehidupan orang lain. Nah, yang terakhir ini kan urusannya panjang.
Intinya, saya merasa agak kurang pantas saja, jika seorang yang sedang dalam sorotan banyak mata, yang memerlukan dukungan dari banyak pihak, menggunakan unsur kedekatannya dengan Tuhan (yang dapat sekali dicurigai) sebagai jurus memperoleh simpati. Jika memang dekat dengan Tuhan, pasti kelihatan kok, jika masyarakat tidak melihatnya, well, mungkin itu salah satu keputusan Tuhan juga, yang punya jalan lain untuk Anda.. Lagipula, tujuan sebenarnya Anda dekat dengan Tuhan tidak untuk mencari simpati kan? Tuhan pasti punya rencana yang terbaik. Bener ga?
-fyuh,,-
PS : Minta pendapatnya dong, tulis di comment ya.. Thanks before..
Tuesday, July 10, 2007
hmm..
Baru2 ini gw nemuin kesamaan antara kenal seseorang, sama nonton film. Kenal sama seseorang tu kayak nonton film, tapi ga dari awal, dari tengah2. Lo bisa aja terus nonton dan mencoba mnegerti filmnya, tapi lo akan lebih ngerti kalo lo tau cerita sebelumnya, awal ceritanya kayak gimana.
I find it quite similiar like knowing somebody. Lo pasti bisa aja, terus berusaha kenal dia tanpa perlu tau asal-usul atau masa lalunya, tapi lo akan mengerti dia lebih jauh, kalo lo tau sejarah dia, what she/he has been through in her/his life. Something that'll make you go "Ooh, gitu ya, pantesan.."
Setuju ga?
-FinallyPostingAgain-
I find it quite similiar like knowing somebody. Lo pasti bisa aja, terus berusaha kenal dia tanpa perlu tau asal-usul atau masa lalunya, tapi lo akan mengerti dia lebih jauh, kalo lo tau sejarah dia, what she/he has been through in her/his life. Something that'll make you go "Ooh, gitu ya, pantesan.."
Setuju ga?
-FinallyPostingAgain-
Tuesday, May 15, 2007
kan biasanya kita suka males kalo mau ngelakuin pkerjaan yang bermanfaat dan "terpuji" (kalo kata buku2 SD), kayak olahraga, atau belajar, atau se simple masukin lagi sampah yang kita miss waktu pertama kali mau buang ke tempat sampah,,
gw mnemukan cara menghindari males:
jangan kasih kesempatan otak lo mikir kalo pkerjaan itu bikin capek, susah, nyebelin
kalo udah mau mikir kesana, langsung kerjain aja
dont let your brain think about the negative things about the task, just do it! *versi inggrisnya, :D
kalo generalnya sih,, jangan kebanyakan mikir, kalo kita udah yakin kegiatan itu bermanfaat, ya lakuin aja, soalnya seringnya sih kita mikirnya kan yang negatif2nya, jadinya malah males,,
bner ga?
gw mnemukan cara menghindari males:
jangan kasih kesempatan otak lo mikir kalo pkerjaan itu bikin capek, susah, nyebelin
kalo udah mau mikir kesana, langsung kerjain aja
dont let your brain think about the negative things about the task, just do it! *versi inggrisnya, :D
kalo generalnya sih,, jangan kebanyakan mikir, kalo kita udah yakin kegiatan itu bermanfaat, ya lakuin aja, soalnya seringnya sih kita mikirnya kan yang negatif2nya, jadinya malah males,,
bner ga?