Sunday, July 29, 2007

Battle of God

Sebelumnya gw minta kebesaran hati orang2 yang mau baca post ini, krn mungkin akan ada yang tersinggung. Gw mohon maaf dulu nih, gw ga maksud untuk menyudutkan suatu pihak, cuma pengen ngungkapin isi otak aja. Gw tadinya mikir2, apakah tulisan ini layak untuk di post ke blog, krn takut ada yang tersinggung, tapi yah, gw coba menulis dengan sehalus mungkin,dan gw pengen tau pendapat orang lain ttg hal ini. Mudah2an ga ada yang tersinggung. (wah, gw pake kata “tersinggung” banyak juga ya)
Peace yo.. (n_n)v

Belakangan ini kan lagi marak2nya persaingan dalam skala besar. Ada pemilihan kepala daerah Ibukota tercinta, dan ada pemilihan idola baru dunia musik. Dua-duanya, diakui atau tidak, menurut saya, adalah persaingan yang berpengaruh besar kpd kehidupan masyarakat sekitarnya. Setidaknya pastilah topik itu muncul dalam pembicaraan dengan rekan sejawat. (halah, bahasanya oke bgt), dan tiap orang pasti punya pilihannya masing2. Dan sampai sini, semua masih oke2 saja.

Tapi saat semuanya melebar, saat tiap kandidat mulai melancarkan jurus2nya, saat tiap unsur kehidupan dikaitkan dengan persaingan, keadaan jadi sedikit memburam. Tersebutlah Tuhan yang dipercayai masing-masing, yang dikatakan sebagai pendukung tiap kandidat. Hmm.. Sebagai warga sebuah negara yang berlandaskan Ketuhanan, keadaan ini dapat diartikan sesuatu yang baik. Keadaan ini dapat diartikan bahwa tiap kandidat dekat dengan Tuhannya. Tapi dapat juga diartikan seusuatu yang kurang baik, kedekatannya dengan Tuhan itu bisa saja dibuat-buat hanya untuk menarik simpati pendukungnya.

Itulah yang menurut saya agak kurang layak jika dikait-kaitkan dengan persaingan antar manusia. Hidup di negara yang berslogan "Bhineka Tunggal Ika", yang dikatakan memiliki berbagai macam suku bangsa (dan tentunya agama) yang beragam, tapi harus tetap bisa bersatu, tentu masyarakatnya diharapkan memiliki rasa toleransi yang tinggi. Menurut saya, segala sesuatu yang berpotensi memicu konflik, harus dihindari. Dan, lagi-lagi menurut saya, membawa unsur Tuhan di dalam sebuah persaingan, tampaknya agak kurang pantas.

Misalnya, dua orang yang bersaing memiliki kepercayaan yang berbeda. Saat seorang kandidat berkata "Saya menang atau kalah, itu adalah keputusan terbaik Tuhan saya", Lalu kandidat yang lain juga berkata "Apapun keputusannya, adalah keputusan terbaik dari Tuhan saya".. Nah lo, bingung kan.. Dalam pikiran saya, ini seperti menjadi persaingan antar Tuhan. Tuhan yang dipercayai kandidat A, dengan Tuhan yang dipercayai kandidat B. Keputusan Tuhan yang mana yang tebaik? Dalam pikiran saya, setiap kandidat pasti ingin menang, dan apakah berarti Tuhan yang dipercayai si kandidat yang menang itu yang paling benar? Hmm.. Kalau dipikirkan bisa memicu konflik beragama lho.. Bahaya.. :D

Kecenderungan masyarakat Indonesia adalah, kebanyakan memilih tidak berdasarkan kualitas kandidat yang relevan dengan tema kompetisinya saja, tapi memilih karena alasan2 yang kadang tidak ada hubungannya dengan kompetisinya. Bisa saya contohkan, seorang teman memilih kontestan pilihannya dalam sebuah kompetisi menyanyi, karena kontestan itu agamanya sama dengan dia. Hmm... Gimana ya? Yah ga salah juga sih, tapi kan menurut saya, itu kurang relevan dengan kompetisinya. Kompetisi menyanyi, seharusnya pemenangnya adalah seorang yang memiliki kualitas lebih dalam hal menyanyi. Jadi menurut saya, yang seharusnya menjadi prioritas pertimbangan memilih seorang pemenang, adalah, ya kemampuan orang itu dalam menyanyi. Jika kebetulan memiliki agama yang sama, yah tidak ada yang salah dengan itu. Jika ia berbeda agamanya juga toh tidak apa-apa kan? Kompetisi menyanyi, juaranya adalah orang yang jago nyanyi. Klop kan.

Mmm.. memang jika seseorang itu benar dekat dengan Tuhan, pasti unsur itu selalu melekat dalam kehidupannya, tidak dapat dipisahkan. Tapi itu juga yang membuat saya merasa, tidak perlu ucapan lisan "Saya dekat dengan Tuhan" diobral ke publik. Jika seseorang benar dekat dengan Tuhannya, pasti akan terlihat dalam kehidupannya, perilakunya, kata-katanya, dan segala tingkah lakunya. Karena menurut saya, Tuhan telah mengatur sedemikian rupa sehingga akan terlihat kedekatan seseorang dengan-Nya, tanpa harus berkata-kata. Tuhan pasti punya rencana yang terbaik.

Menurut saya, hubungan seorang makhluk dengan Tuhannya, adalah hubungan yang pribadi dan sakral. Dalam arti, yah,, yang tau keadaan sebenarnya hanya Tuhan dan diri orang itu sendiri. Karena itu saya tidak merasa ada perlunya mengumbar2 hubungan itu dengan orang lain, apalagi khalayak ramai. Yah, kalau ada orang yang melakukannya, (mengumbar2kan perihal hubungannya dengan Tuhan), yah silahkan saja. Tapi toh, orang lain tidak pernah tau apakah yang dikatakan orang tsb benar atau tidak. Orang itu bisa saja berbohong, yah itu urusan orang itu dengan Tuhan. Tapi, jika dengan kebohongannya itu menyesatkan orang lain, kan jadi dosa (lagi2 urusan orang itu dengan Tuhan) dan kemungkinan akan merusak kehidupan orang lain. Nah, yang terakhir ini kan urusannya panjang.

Intinya, saya merasa agak kurang pantas saja, jika seorang yang sedang dalam sorotan banyak mata, yang memerlukan dukungan dari banyak pihak, menggunakan unsur kedekatannya dengan Tuhan (yang dapat sekali dicurigai) sebagai jurus memperoleh simpati. Jika memang dekat dengan Tuhan, pasti kelihatan kok, jika masyarakat tidak melihatnya, well, mungkin itu salah satu keputusan Tuhan juga, yang punya jalan lain untuk Anda.. Lagipula, tujuan sebenarnya Anda dekat dengan Tuhan tidak untuk mencari simpati kan? Tuhan pasti punya rencana yang terbaik. Bener ga?

-fyuh,,-
PS : Minta pendapatnya dong, tulis di comment ya.. Thanks before..

1 comment:

Audrey Cornu said...

Kayaknya orang2 itu sedang berusaha ngambil hati aja, karena skrg kan orang Indonesia cenderung lebih religius daripada dulu.

Jadi ceritanya ikut arus perkembangan zaman, gitu. Coba dulu, ngga ada kan yg kampanye bawa2 nama Tuhan?

Soal pilihan orang yg dipengaruhi urusan kepercayaan, itu wajar sih menurut saya. Karena secara alami pasti kita milih yang lebih "dekat" di hati kan? Sama aja kayak milih idola tv yang daerah asalnya sama kayak kita, semata karena kebanggaan akan saudara sekampung halaman.

Saya sendiri sih bukan tipe orang yang milih berdasarkan kesamaan dgn diri saya, tp berusaha objektif. Meski begitu, saya ngerti kenapa pilihan seseorang bisa dipengaruhi statusnya.

Kembali ke dunia politik yah. Apa sih yg ngga akan dibilang seorang calon (calon apapun) untuk mengambil hati massa dan jadi pemenang? Apa yang ngga akan dikorbankan, dilakukan? Apa aja sah dalam politik kotor. Ini pikiran kasar saya yah. :)

Kalau soal "keputusan Tuhan saya" itu, menurut saya sih itu soal keyakinan masing2 aja. Umat beragama sudah memilih, bukan? Di dalam diri mereka masing2 udah yakin bahwa merekalah yang benar. Tapi kalau suatu hari mereka memutuskan untuk menjadi hamba Tuhan 'yang lain', mereka akan memvonis bahwa penganut agama mereka yang lama itu salah.

Jadi, sama aja. Ngerti maksud saya ngga? Agak muter2 nih. x( Dan lagipula, siapapun pemenangnya, saya rasa orang akan lebih percaya bahwa Tuhan merekalah yang telah memilih yang terbaik, dan pihak yang kalah sudah terlalu sombong merasa dipandang yang terbaik di mata Tuhannya.

Dan jadinya balik ke "hubungan pribadi dan sakral" yg Mbak bilang. Yang tau kebenaran pernyataan mereka kan Tuhan mereka sendiri juga. Jadi, istilahnya, tanggung sendiri lah. Kalaupun mereka harus nelen ludah sendiri, kita ngga akan tau kan?

Duh, maap kalo kepanjangan ya, Mbak.. x)