Hari ini ke kantor di Menara DEA.
Berangkat jam 8 lewatan, nyampe jam 9 kurangan, he..
Keadaaan jalanan? Yah biasalah.
Sempet lancar di Buncit (yang membuat gw terheran-heran),
tapi terus tersendat seperti biasa.
Kendaraan-kendaraan numplek semua di jalanan.
Terus sampai kantor, masih sepi, udara dingin mulai menyapa.
Taruh laptop di meja, buka, nyalain. Argh, ga dapet Wi-Fi.
Udah 2 kali ni, setiap kemarennya ke kantor di BSD,
pas balik ke Rasuna, ga dapet Wi-Fi.
Pake kabel LAN deh. Eh-eh.. tapi2.. ada Wi-Fi unsecured,
kecepatannya lumayan lagi. Connect aja. Eh bisa. Asik. :D
Terus mendownload file-file transaksi harian. Dih, kok dingin banget sih.
Download, replace. Download, rename, replace.
Terus mulai merekap.
Folder, Open.
Explore, Open.
Copy, Paste, Tulis-tulis.
Ditengah2 "kesibukan" itu,
Ibu A bilang, kalau dia ada meeting di BSD ternyata.
Dan rapat mingguan nanti sore di pindah ke sana terpaksa.
Argh. bingung.
Bukan bingung gimana ke BSDnya. Itu sih bisa diatur.
Bingung karena hari ini udah ada rencana abis kantor.
Mau ke Ambassador, disana ketemuan sama teman2.
Rencana ketemuan hari ini udah melalui perundingan yang alot (jiah).
Tadinya Kamis, diganti Jumat, terancam diganti Senin, terus jadi Jumat lagi.
Setelah gw pikir, "oke, settle ya, fix, Jumat abis ngantor ke Ambas".
dan ternyata ada ini.. Dhuar!
Bingung2, sambil ngerekap.
Rekap2, sambil kebingungan. :p
Tanya sana sini. Tadinya mikir, ya udah ke BSD aja, trus baliknya ke Ambas.
Tapi argh. Ga ada kendaraan pergi yang menjamin pulang.
Datang diantarkan, pulang ditelantarkan.
hah.
(duh, mana dingin banget lagi ni kantor)
Terus2, coba ngomong sama Bu A.
gw : "Bu, nanti kalo ke BSD, pulangnya ke sini lagi ya?"
Bu A : "Ya engga, sendiri"
gw : "oh.."
Bu A : "tapi ya terserah kamu, ga kesana juga ga apa-apa"
gw : "Jadi nanti ga ikut meeting?"
Bu A : "iya ga apa-apa, tapi ya disini ga ada orang kita"
gw : "oh ya, saya juga ngerjain itu sih bu"
Bu A : "oh ya udah ga apa-apa"
gw : (memastikan) "Jadi saya disini aja ya bu, saya izin ga bisa ikut meeting nanti"
Bu A : "Iya"
Gw : (sumringah) "Oh ya, terima kasih ya Bu.."
tralala-trilili, kembali ke meja.
Oke, 1 problem solved, hopefully with God's permission.
Semoga nanti jadi ketemuan, dan berjalan lancar
& menyenangkan dengan petunjuk dan ridhaMu ya Allah.
Amin. Terima kasih ya Allah.
(tapi ni kantor masih dingin banget)
Lama-lama, gw mulai pusing2. Aduh gawat.
Dan kantor tetep dingin. 1 jam sekali ke toilet gw.
lanjut ngerjain Process Flow semampunya. Pusing, dingin.
Pas jam makan siang, buru2 kebawah. Menghindari dingin secepatnya.
Di kantin, sepi, pada Sholat Jumat kayaknya.
Makan senilai 9000 Rupiah, dan cukup kenyang, alhamdulillah..
Abis makan, masih kedinginan masa.. Gawat2 deh.
Akhirnya memutuskan untuk jalan2 keluar.
Jalan, jalan, jalan.
Coba masuk Bellagio.
Jalan, jalan, jalan.
duh, pusingnya masih ada.
takut kenapa2, jadinya balik aja ke kantor.
Di kantor, AC nya dinaikin jadi 25 derajat, yay!
Tapi masih pusing. Pake vicks di kepala. Alhamdulillah lumayan enakan.
Dengan susah payah menyelesaikan Process Flow..
akhirnya selesai jam setengah 4.
haa.. Alhamdulillah..
Terus? Ngapain ya?
Dsuruh nge-remote buat reconsile, tapi ga bisa-bisa masuk servernya.
istirahat dulu deh...
ehm, ada si keren lagi. ihiy. (gawat ni hormon :p)
Semoga hari ini makin membaik. Amin. Terima kasih ya Allah..
Friday, June 19, 2009
Wednesday, June 17, 2009
"Jangan takut jadi orang aneh"
Baru baca email ini, forward2an.. bagus..
-------------------------------------------------------------------------
"Dunia memang aneh", Guman Pak Ustadz
"Apanya yang aneh Pak?" Tanya Penulis yang fakir ini.
"Tidakkah antum (kamu/anda) perhatikan di sekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa"
"Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum ke masjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami" Kata Pak Ustadz.
Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menunju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.
Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya"
"Aduh, tumben nih rapi banget, kayak pak ustadz. Mau ke mana, sih?" Tanya ibu muda itu.
Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz di atas, menjadi sesuatu yang lain rasanya...
"Kenapa orang yang hendak pergi ke masjid dengan pakaian rapi dan memang semestinya seperti itu dibilang "tumben"?
Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan memberi makan anaknya di tengah jalan, di tengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja?
Kenapa orang ke masjid dianggap aneh?
Orang yang pergi ke masjid akan terasa "aneh" ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron "Intan".
Orang ke masjid akan terasa "aneh" ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol di pinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang ke masjid terasa "aneh" ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor karena kehujanan.
Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, "Kamu akan banyak menjumpai "keanehan-keanehan" lain
di sekitarmu," kata Pak Ustadz.
"Keanehan-keanehan" di sekitar kita?
Cobalah ketika kita datang ke kantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak "aneh" di tengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan mengobrol.
Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa "aneh", karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh di tengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat di akhir waktu.
Cobalah berdzikir atau tadabur al Qur'an ba'da shalat, akan terasa aneh di tengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya nyaman dan tidak silau. Orang yang mau shalat malah serasa menumpang di tempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang di tempat shalat. Aneh, bukan?
Cobalah hari ini shalat Jum'at lebih awal, akan terasa aneh, karena masjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah ke dua menjelang selesai.
Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh di tengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu, dan test..test, test saja.
Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al Qur'an, pasti akan terasa aneh di tengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya.
Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang "aneh" selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari'at dan tata nilai serta norma yang benar.
Jangan takut dibilang "tumben" ketika kita pergi ke masjid, dengan pakaian rapi, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al Qur'an (Al A'raf:31)
Jangan takut dikatakan "sok alim" ketika kita lakukan shalat dhuha di kantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak karuan.
Jangan takut dikatakan "Sok Rajin" ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.
"Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (Annisaa:103)
Jangan takut untuk shalat Jum'at/shalat berjama'ah berada di shaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. Karena di shaf terdepan itu ada kemuliaan sehingga di jaman Nabi Salallahu'alaihi wassalam para sahabat bisa bertengkar cuma gara-gara memperebutkan berada di shaf depan.
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Al Jumu'ah:9)
Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al Qur'an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk
saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat:33)
Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita. Kalau sekali kita menyerukan, sekali kita kirim artikel, lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, lenyap donk ladang amal kita....
Kalau yang kirim e-mail humor saja, gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari, kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat. Aneh nggak, sih?
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, atau sok tahu. Lha wong itu yang disuruh kok, "sampaikan dariku walau satu ayat" (potongan dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3461 dari hadits Abdullah Ibn Umar).
Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail
dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang
isinya asal kirim saja. Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.
Lakukan "keanehan-keanehan" yang dituntun manhaj dan syari'at yang benar.
Kenakan jilbab dengan teguh dan sempurna, meskipun itu akan serasa aneh ditengah orang-orang yang berbikini dan ber-you can see.
Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur'an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.
Lagian kenapa kita harus takut disebut "orang aneh" atau "manusia langka" jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita?
Selamat jadi orang aneh yang bersyari'at dan bermanhaj yang benar...
NB: Silahkan menyebarkan email ini. Tidak ada embel-embel apapun melainkan "DAKWAH" mengharap Ridhonya Allah-ku.
-------------------------------------------------------------------------
"Dunia memang aneh", Guman Pak Ustadz
"Apanya yang aneh Pak?" Tanya Penulis yang fakir ini.
"Tidakkah antum (kamu/anda) perhatikan di sekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa"
"Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum ke masjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami" Kata Pak Ustadz.
Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menunju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah.
Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya"
"Aduh, tumben nih rapi banget, kayak pak ustadz. Mau ke mana, sih?" Tanya ibu muda itu.
Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz di atas, menjadi sesuatu yang lain rasanya...
"Kenapa orang yang hendak pergi ke masjid dengan pakaian rapi dan memang semestinya seperti itu dibilang "tumben"?
Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan memberi makan anaknya di tengah jalan, di tengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja?
Kenapa orang ke masjid dianggap aneh?
Orang yang pergi ke masjid akan terasa "aneh" ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron "Intan".
Orang ke masjid akan terasa "aneh" ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol di pinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan.
Orang ke masjid terasa "aneh" ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor karena kehujanan.
Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, "Kamu akan banyak menjumpai "keanehan-keanehan" lain
di sekitarmu," kata Pak Ustadz.
"Keanehan-keanehan" di sekitar kita?
Cobalah ketika kita datang ke kantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak "aneh" di tengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan mengobrol.
Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa "aneh", karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh di tengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat di akhir waktu.
Cobalah berdzikir atau tadabur al Qur'an ba'da shalat, akan terasa aneh di tengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya nyaman dan tidak silau. Orang yang mau shalat malah serasa menumpang di tempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang di tempat shalat. Aneh, bukan?
Cobalah hari ini shalat Jum'at lebih awal, akan terasa aneh, karena masjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah ke dua menjelang selesai.
Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh di tengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu, dan test..test, test saja.
Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al Qur'an, pasti akan terasa aneh di tengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya.
Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang "aneh" selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari'at dan tata nilai serta norma yang benar.
Jangan takut dibilang "tumben" ketika kita pergi ke masjid, dengan pakaian rapi, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al Qur'an (Al A'raf:31)
Jangan takut dikatakan "sok alim" ketika kita lakukan shalat dhuha di kantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak karuan.
Jangan takut dikatakan "Sok Rajin" ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman.
"Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (Annisaa:103)
Jangan takut untuk shalat Jum'at/shalat berjama'ah berada di shaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. Karena di shaf terdepan itu ada kemuliaan sehingga di jaman Nabi Salallahu'alaihi wassalam para sahabat bisa bertengkar cuma gara-gara memperebutkan berada di shaf depan.
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Al Jumu'ah:9)
Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al Qur'an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk
saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan;
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat:33)
Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita. Kalau sekali kita menyerukan, sekali kita kirim artikel, lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, lenyap donk ladang amal kita....
Kalau yang kirim e-mail humor saja, gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari, kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat. Aneh nggak, sih?
Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, atau sok tahu. Lha wong itu yang disuruh kok, "sampaikan dariku walau satu ayat" (potongan dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3461 dari hadits Abdullah Ibn Umar).
Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail
dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang
isinya asal kirim saja. Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun.
Lakukan "keanehan-keanehan" yang dituntun manhaj dan syari'at yang benar.
Kenakan jilbab dengan teguh dan sempurna, meskipun itu akan serasa aneh ditengah orang-orang yang berbikini dan ber-you can see.
Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur'an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral.
Lagian kenapa kita harus takut disebut "orang aneh" atau "manusia langka" jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita?
Selamat jadi orang aneh yang bersyari'at dan bermanhaj yang benar...
NB: Silahkan menyebarkan email ini. Tidak ada embel-embel apapun melainkan "DAKWAH" mengharap Ridhonya Allah-ku.
inspiring quotes
“The man who wants to lead the orchestra must turn his back on the crowd.”
- James Crook , source
"Children grew up when parents weren't looking"
- James Crook , source
"Children grew up when parents weren't looking"
Thursday, June 04, 2009
Hmm..
"Better be the head of dog, than the tail of lion"
Lebih baik menjadi atasan di perusahaan kecil, daripada menjadi bawahan di perusahaan besar.
Setujukah kamu?
Lebih baik menjadi atasan di perusahaan kecil, daripada menjadi bawahan di perusahaan besar.
Setujukah kamu?
Feelings, Thoughts, and Prayers
"To Attract A Magnet, You Have To Become One"
I believe that I need and I should become self-sufficient first,
then I'll meet my lifetime partner.
The one who I'd rather be with because I want to,
because I like spending time with him,
because I'm comfortable around him,
because I feel better with him around.
Not because I don't have another choice,
or because I'm stuck with him.
I want to be able to say "I'm quit", or "I'm done", anytime without hesitation.
But I don't say it, cause I won't.
I can, but I won't.
Attached by emotional feeling, and backed by logical thinking.
I want to be logically in love.
Love that comes naturally.
Love that easy,
that gives warm feeling to your heart.
Love that being approved by God, my family, my friends, and ofcourse, myself.
I want to be a magnet, and meet another magnet.
Then, we'll be attracted to each other differences.
I want to be a magnet that powerful enough to linked some steel,
then find a partner, that together, we'll be one stronger magnet.
I want to feel repeatedly in love with one person.
With God's permission, blessing, and help,
we'll fall in love with each other, over and over again,
for the rest of our life..
It's okay if it took a while to find him,
great treasure is hard to find.
I hope I have the patient to keep looking and waiting,
and the ability to see clearly when he's in front of my eyes.
I hope I find my treasure at the right moment,
and I hope he finds me too, and consider me as a treasure as well.
I hope he understands me.
Dear God,
You're the one Who know what's best for me,
and who's the best for me.
I hope You consider these,
and prepare myself & my partner to be guaranteed lifetime partner
with Your approval, blessings, and help.
Amin.
I believe that I need and I should become self-sufficient first,
then I'll meet my lifetime partner.
The one who I'd rather be with because I want to,
because I like spending time with him,
because I'm comfortable around him,
because I feel better with him around.
Not because I don't have another choice,
or because I'm stuck with him.
I want to be able to say "I'm quit", or "I'm done", anytime without hesitation.
But I don't say it, cause I won't.
I can, but I won't.
Attached by emotional feeling, and backed by logical thinking.
I want to be logically in love.
Love that comes naturally.
Love that easy,
that gives warm feeling to your heart.
Love that being approved by God, my family, my friends, and ofcourse, myself.
I want to be a magnet, and meet another magnet.
Then, we'll be attracted to each other differences.
I want to be a magnet that powerful enough to linked some steel,
then find a partner, that together, we'll be one stronger magnet.
I want to feel repeatedly in love with one person.
With God's permission, blessing, and help,
we'll fall in love with each other, over and over again,
for the rest of our life..
It's okay if it took a while to find him,
great treasure is hard to find.
I hope I have the patient to keep looking and waiting,
and the ability to see clearly when he's in front of my eyes.
I hope I find my treasure at the right moment,
and I hope he finds me too, and consider me as a treasure as well.
I hope he understands me.
Dear God,
You're the one Who know what's best for me,
and who's the best for me.
I hope You consider these,
and prepare myself & my partner to be guaranteed lifetime partner
with Your approval, blessings, and help.
Amin.