Friday, August 27, 2004

tulisan untuk bumi..

Bumi ini ibarat organ yang sudah luka parah, sudah bernanah2..
dan kita, manusia, mungkin ibarat kuman2, bakteri2, yang bikin lukanya tambah parah..

yang manusia perbuat kebanyakan hanya menguntungkan manusia saja, tanpa peduli bumi tempat tinggalnya mungkin tergores, lecet, terluka karena perbuatan itu..

Seperti kuman, kita menggerogoti isi bumi, mengambil isinya, meninggalkan ampasnya.. dan bumi hanya bisa mengadu pada matahari, pada bulan, sambil terus berharap, pada rotasi berikutnya, pada revolusi berikutnya, sedikit lukanya bisa terobati..

Tapi, kita seperti kuman rakus yang tak puas menggerogoti badan sampai habis, seperti virus yang tak tahu terima kasih, menyakiti tubuh inang yang memberikannya kehidupan.. Bumi sudah tak mampu lagi menangis, tak ada gunanya, karena kuman2 itu terlalu egois, terlalu picik, terlalu sombong untuk mendengarkan..

dan kuman-kuman terus bereproduksi, melahirkan kuman2 baru yang siap menyakiti, ribuan badan virus menempel, melakukan penetrasi ke dalam tubuh bumi, masuklah pasukan2 "pemberani", menyedot habis isi bumi.. Bumi digerogoti, dari luar, dari dalam..

Bumi merindukan tubuhnya yang dulu, sewaktu masih halus, belum tersentuh kuman.. Ia merindukan biru yang dulu menghiasi tubuhnya, ia rindu hijau yang dulu membentang seperti beludru di badannya..
Biru dan hijau yang cerah, biru dan hijau yang indah, biru dan hijau,, kedua temannya yang kini sudah terkontaminasi kuman..

Bumi yang sendiri, bertanya pada matahari, apakah di luar sana juga ada yang terluka sepertinya..
Bumi yang sendiri, bertanya pada matahari, apakah di luar sana ada yang bisa membantunya..
Matahari menasihati, "Sabarlah wahai Bumi, kelak nanti lukamu akan terganti"
"Oh Matahari, kuman2 itu tak tahu diri, kini mereka berusaha menjelajahi, mungkin mencoba menyakiti badan2 lain di luar diri. Tidak Matahari, jangan biarkan kuman2 itu pergi, menyakiti diri lain yang masih suci."
Matahari menasihati, "Sabarlah wahai Bumi, kelak nanti mereka akan mengerti"

Bumi kini menanti, sampai kapan ini terjadi, kapan kuman2 ini berhenti, kapan kuman2 ini mengerti, bahwa badan ini sudah hampir mati, karena ulahmu, karena tingkahmu..

Bumi yang baik, bumi yang sabar, mecoba mengerti, masih bermimpi di kemudian hari lukanya akan terobati..


-theeffectofleraning-

No comments: